Ali Haji bin Raja Haji Ahmad, Ulama, Sastrawan dan Juga Pahlawan

Hari ini, Sabtu (05/11) sosok tokoh sastra, Ali Haji bin Raja Haji Ahmad muncul menjadi Google Doodle. Pahlawan Nasional Indonesia yang dinobatkan pada 5 November 2004 ini dikenal dengan karya-karyanya yang monumental.

Ali Haji bin Raja Haji Ahmad lahir di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, pada tahun 1808, dan banyak menuliskan karya-karyanya di sana. Namun, tidak banyak yang tahu, dia ternyata juga banyak menuliskan karya-karyanya itu di Pengujan, Bintan. Menurut catatan sejarah, setiap akhir pekan, Ali Haji bin Raja Haji Ahmad menyepi ke Pengujan.

Dalam buku Berkekalan Persahabatan: Surat-Surat Raja Ali Haji ke Von De Wall yang ditulis Jan van der Putten dan Al Azhar hal. 25, ditulis bahwa Ali Haji bin Raja Haji Ahmad banyak menghabiskan waktunya di Pulau Pengujan setiap akhir pekan.

Pada tahun 1860-an, terkesan perhatian Ali Haji bin Raja Haji Ahmad lebih banyak tercurah pada hal yang berkaitan dengan agama, pengajaran, dan menulis buku, dibanding jabatan resminya di istana.

Dalam tahun-tahun terakhir surat menyuratnya dengan sang sahabat, Von de Wall, dia pun semakin sering menyendiri ke Pulau Pengujan.

Jumlah murid Ali Haji bin Raja Haji Ahmad di Pulau Pengujan sebanyak 60-an orang, yang merupakan orang Melayu.

Dia membangun sembilan pondok untuk tempat anak-anak belajar agama yang dibangun sendiri dengan dinding kajang.

Selain mengajar mengaji, Ali Haji bin Raja Haji Ahmad juga menyiapkan menulis bahan untuk kamus Von de Wall di Pengujan.

Anak-anak yang belajar agama berasal dari pulau-pulau sekitarnya, seperti Tembeling, Busung, Penaga, hingga Penyengat.Namun membangun dan menjalankan pondok tidak mudah, Ali Haji bin Raja Haji Ahmad sering kali mengalami kesulitan, sebagai solusinya beliau mencari penghasilan tambahan dengan bercocok tanam, memelihara ternak di Pengujan, serta berdagang. Selain itu, Von de Wall juga sangat membantunya dalam masalah keuangan.

Ali Haji bin Raja Haji Ahmad mendapatkan uang dan barang dari Von de Wall karena dibantu dalam hal Bahasa Melayu, sehingga bisa meringankan beban ekonomi.

Di Pengujan, selain mengajar dan menulis, dia juga kadang bermain musik untuk mengisi waktu. Konon, Ali Haji bin Raja Haji Ahmad pandai bermain gambang, dan alat itu mudah dibawanya dari Penyengat ke Pengujan saat akhir pekan. Kepada sahabatnya, Von de Wall, beliau pernah meminta dicarikan sebuah gambang besi, atau tembaga, atau sejenis kromong dari logam di Betawi.

Ali Haji bin Raja Haji Ahmad tertarik pula memiliki alat musik itu setelah mendengar Von de Wall baru membelinya di Betawi.

Perhatian dan minat Raja Ali Haji akan musik tak terlepas dari pengalamannya selama mengikuti rombongan kunjungan kehormatan sang ayah, Raja Ahmad Engku HajiTua, sebagai wakil Kerajaan Riau-Linga kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda Bandar Betawi, Darul-Masyhur, pada tahun 1822. [berbagai sumber/BM/foto: istimewa]

Related posts

Leave a Comment